Pria Simpanan dan Preman

Hmmm....hari masih gelap, tapi sepertinya sebentar lagi pagi
Aku terjaga dari tidurku, bangun dan duduk di ranjangku
Di sebelahku sesosok tubuh perempuan terbaring lelap
Seandainya aku bisa mengatakan kalau dia istriku, tapi sayangnya bukan
Seandainya aku juga bisa mengatakan kalau aku mencintainya, tapi juga tidak
Bagiku dia majikanku, dan baginya aku hanyalah mainan favoritnya..saat ini...
Ah...waktunya bangun dan pergi ke kamarku sebelum pelayan lain memergokiku

Sambil berjalan, aku teringat masa lalu
Kalau dipikir-pikir, nasib ini sungguh aneh
Dibuang keluarga dan menjadi pelayan di rumah ini
Majikanku memperlakukanku cukup baik, tapi istrinya bahkan lebih “ baik ” lagi
Dia sendiri yang datang dan menawarkanku tempat di ranjangnya

Untuk sesaat aku bimbang, bukankah itu dosa ?
Tapi, kenapa tidak ? Aku masih muda dan tubuhku menginginkannya
Tapi bukankah itu menyakiti Tuhan ?
Tuhan ? Tuhan yang diam saja ketika keluargaku membuangku ?
Tapi bukankah Tuhan akan menjadikan semuanya baik ?
Baik di mananya ? Aku hanya pelayan di rumah ini...tapi seandainya nyonya menyukaiku, kehidupanku akan lebih baik dan aku bisa memuaskan masa mudaku.
Tunggulah Tuhan dan Dia akan...
Tidak, aku tidak mau menunggu. Aku lelah menunggu mimpi tak jelas, lebih baik aku mengambil apa yang ada di depan mataku saat ini.

Kehidupan ini tidak jelek..
Tuan sering pergi untuk kerja sampai berhari – hari dan tidak pernah curiga
Nyonya menyukaiku dan aku bisa hidup nyaman
Mungkin ini bukan hidup yang kuimpikan, tapi tidak jelek..


***********


Bayaran bulan ini tidak terlalu banyak, mungkin para pedagang itu harus diingatkan lagi karena jasa siapa mereka bisa berdagang dengan aman tanpa takut dirampok. Sedikit uang tanda terimakasih karena sudah menjaga barang dagangan mereka harusnya tidak seberapa. Mungkin para pedagang kikir itu harus belajar apa arti kata tidak aman sebelum mereka mau berterimakasih.

Hahh...menjadi preman kecil di kota kecil...betapa jauh dirinya terbuang.
Dulu hidupnya tidak seperti ini...dulu dia wakil direktur perusahaan besar.

Dulu hidupnya bagaikan anak bangsawan, tapi sekarang dia terbuang di kota kecil berdebu ini, menjaga barang dagangan para pedagang yang tak tahu terimakasih itu.
Dan semuanya karena mertuanya sendiri, direktur perusahaannya, cemburu pada kesuksesannya di perusahaan itu.
Hahh...padahal mertuanya yang tidak sanggup memimpin, tapi dia yang dipecat dan berakhir di sini.
Tapi...ini juga tidak jelek, setidaknya dia berhasil membalas dendam...

Senyum tersungging di bibirnya, ketika dia teringat lagi ketika pisaunya menembus tubuh mertuanya yang bodoh dan tidak kompeten itu.
Ya..tahun lalu mertuanya datang ke kota ini mencarinya...
Masih banyak pegawai di perusahaan itu yang menginginkan pergantian pemimpin yang lebih kompeten. Dan mertuanya datang ke sini untuk menyingkirkannya, untuk memastikan tidak ada saingan yang akan berebut kepemimpinan dengannya.
Hahh...tapi dia lebih cepat dari mertuanya yang lamban itu.
Ketika mertuanya masuk ke toilet dan para pengawalnya berjaga di luar, itulah saat belatinya membayar semua dendamnya.

Harusnya tidak dia lakukan itu, bukan itu yang Tuhan inginkan
Tapi dendam yang terbayar itu terasa manis
Walaupun kosong....perusahaannya kosong...semua pegawainya tercerai berai karena konflik internal yang berkepanjangan. Sebagian dari pegawai mendukungnya tapi sebagian menolaknya karena dia membunuh mertuanya sendiri. Dan sekarang perusahaan itu kosong...
Dan dia tetap terjebak di kota kecil ini.

Tapi, ini juga tidak jelek...
Setidaknya dia “ direktur ” dari sebuah jasa keamanan
Mungkin ini bukan profesi impian
Tapi, ini juga tidak jelek...


***********


Bagaimana kalau seandainya Yusuf ternyata memilih untuk menerima rayuan istri Potifar ?
Bagaimana kalau seandainya Yusuf lebih memilih untuk memuaskan masa mudanya ?
Bagaimana kalau seandainya, daripada menunggu Tuhan mewujudkan mimpinya, Yusuf memilih untuk mengambil jalan yang mudah ?

Bagaimana kalau seandainya Daud memutuskan bahwa dendamnya pada Saul lebih penting dari apa yang Tuhan inginkan ?
Seandainya Daud lebih memilih untuk main hakim sendiri daripada menyerahkan perkaranya pada Yang Adil ?
Seandainya daripada menunggu waktunya Tuhan, Daud berusaha untuk menjadi raja dengan caranya sendiri ?

Seandainya kita memilih untuk meyerah dan membiarkan diri kita terbawa arus ?
Seandainya kita memilih untuk bertindak sendiri daripada menunggu Tuhan ?
Seandainya kita memilih untuk membuang mimpi-mimpi kita dan mencukupkan diri dengan hidup yang mengikuti dunia ini ?

Yusuf sang perdana menteri....dan yusuf pria simpanan
Daud sang raja....dan daud yang preman
Seandainya Yusuf bertahan sedikit lagi...seandainya Daud percaya sedikit lagi....
Dan.....Puji Tuhan....mereka memang bertahan, mereka memang percaya, mereka menunggu dan Tuhan bertindak, dan mimpi mereka terwujud, dan Alkitab menjadi lebih berwarna dengan kisah hidup mereka.

Sedikit lagi....bertahan lagi....percaya lagi....
Bangun lagi...merangkak lagi...berjalan lagi....
Sedikit lagi....Yesus ada di depan....dan tanganNYA terbuka.


PS : mungkin ada yang heran kenapa Daud perannya di sini jadi preman ? Well...ini pendapat pribadi sih, tapi kalau baca 1 Samuel 25 soal Daud dan Nabal, rasanya kok Daud macem preman yang jaga keamanan kambing domba Nabal terus minta uang terimakasih.
Memang sih kalo preman pasar, dia sendiri yang ganggu kemanan, dia sendiri yang minta uang keamanan. Sementara Daud emang beneran ngejaga kambing domba dari rampok...jadi ga preman – preman amat lah (>,<)'